Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah
Kekurangan
pengetahuan adat sebagai kurangnya sosialisasi pengetahuan adat dan nagari dari
generasi tua ke generasi muda, dari pihak pemangku adat, niniak mamak, ke anak
kemanakan, mengakibatkan melemahnya nilai-nilai yang memagari kampung dan
nagari serta diri seseorang, dan ini dapat menimbulkan hilangnya jati diri,
akan berakibat fatal mudahnya serangan masuk dari budaya lain yang bersifat
negatif.
Tercermin dari fenomena berikiut yang dikutip dari
jurnal ABM Jakarta.
- Sikap urang Minang terhadap negerinya sendiri kelihatannya cendrung mendua atau ambivalen, cinta tapi benci, bangga tapi risau, atau benci tapi rindu. Urang Minang mudik lebaran karena rindu akan tanah kelahirannya, ingin menengok orang tua, sanak saudara, kawan lamo, bernostalgia mengajak anak dan keluarga pulang kampung, rindu akan kampung yang indah nan salalu maimbau-imbau.
- Sekarang ini urang awak menjadi sasaran yang sangat terbuka untuk diserang karena tanpa pertahanan yang kokoh dari segi pemahaman/pengamalan agama, adat, dan budaya. Sudah cukup menggejala serangan terencana dan berkelanjutan terhadap agama Islam, adat, dan budaya masyarakat Minang. Apakah ini sebagai akibat dari tidak adanya atau tidak efektifnya sosialisasi adat dan agama dan melemahnya hubungan mamak, penghulu, dan datuk-datuk terhadap anak dan kemanakan?
- Maraknya perbuatan maksiat di ranah Minang seperti mabuk, judi, rampok, korupsi, menghilangkan nyawa orang, pelacuran, narkoba, pakaian tidak senonoh, pergaulan muda-mudi yang begitu bebas, dsb. Apakah semuanya ini berakar dari ketidaktahuan mereka tentang nilai-nilai adat, dan agama; “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah” hanya tinggal slogan? Urang Minang tidak lagi segan, tidak lagi menjaga nama baik kampuang jo nagari, kaum, suku, niniak mamak, dan keluarga. Orang tua dan mamak tidak lagi berani menegur anak dan kemanakannya, apalagi anak dan kemankan orang lain. (terjadi proses pembiaran) Pada hal anak-anak itu bisa diarahkan sejak dini, menanamkan nilai-nilai agama dan adat, sayang jo anak dilacuti, sayang jo kampuang ditinggakan.
- Orang Minang serta daerahnya memiliki beberapa keunggulan yang merupakan potensi besar untuk dikembangkan, dan inilah yang membuat etnis Minang tampil beda dari etnis lainnya yaitu :
1.
Sumber Daya
Manusia Orang Minang cerdas dan bisa untuk dikembangkan.
2.
Orang Minang
agamanya Islam, tidaklah dikatakan orang Minang jika agamanya selain Islam.
3.
Ranah Minang
merupakan daerah wisata yang sangat indah dan bernilai jual.
4.
Orang Minang
mempunyai bakat bisnis yang alami yang mesti harus dipoles dan dikembangkan.
- Kita tidak menginginkan generasi muda yang tidak lagi kenal dengan mamaknya, walau bagaimanapun rendahnya keadaan ekonomi dan pendidikan si mamak. Kita tidak ingin generasi muda acuh tak acuh, petantang-petenteng, tidak menghormati orang yang lebih tua, bak pepatah minang dikacak langan lah bak langan, dikacak batih lah bak batih, tagak sarupo urang ka mambali, duduak sarupo urang ka manjua, lonjak sarupo labuah anyuik, bak sarupo kacang diabuih ciek.
- Hilangkan plesetan-plesetan yang berbau negative, yang tidak pernah diajarkan dalam nilai adat Minang untuk mendiskreditkan adat dan budaya Minang. Contoh; titan biaso lapuak, janji biaso mungkie, minang hilang tingga kabaunyo, kok utang ka dibayie, dima cadiak ka dipakai, dahulu rabab nan batangkai, kini lagundi nan banbungo, dahulu adat nan bapakai kini pitih nan manggantikannyo, dan sebagainya. Contoh plesetan di atas sangat berbahaya, secara psikologis dan perlahan bisa membuat erosi dan mengikis nilai-nilai adat dan budaya Minang.
wahh baru tahu tugu selamat datang diminang jg kek a tap rumahnya
BalasHapus